Hakikat Cinta adalah Melepaskan





"Wanita itu ibarat kaca. Makin erat kau genggam, tanganmu yang akan terluka. Tapi bila kau lepas, ia yang akan hancur."

"Lelaki itu ibarat pasir. Makin erat digenggam, makin ia berjatuhan. Tapi kalau pasir itu diletakkan di tangan terbuka, ia akan tetap diam di tempat."

Maka jangan terlalu menggenggam erat, apalagi terkait hubungan wanita dan laki-laki yang mengatasnamakan cinta. Cinta memang seharusnya membebaskan, karena jika terlalu erat genggaman justru hanya akan membuat pasangan tak nyaman dan terluka satu sama lain.

Hakikat cinta itu kompleks dan dapat diartikan dalam banyak cara. Cinta dapat diartikan sebagai ikatan emosional dan spiritual yang kuat antara dua orang, yang melibatkan perasaan-perasaan seperti kasih sayang, kepercayaan, dan komitmen. Setiap orang dapat mengalami cinta dalam bentuk, pengalaman dan kualitas yang berbeda.

Namun, pada intinya, cinta adalah tentang ikatan yang membuat dua individu yang saling mencintai harus belajar melepaskan.

Mencintai seseorang tak lantas membuatmu berhak jadi orang yang egois. Cinta memang sebuah ikatan yang menyatukan, tapi kenyataannya pasanganmu tetaplah individu lain yang tak bisa 100% dalam pengaturanmu. Ada hal-hal dari pasangan yang pasti tak bisa kamu kendalikan dan kamu harus berdamai dengannya. Dalam situasi seperti itu, satu-satunya pilihan hanya bisa memberinya ruang terbuka untuk mengekspresikan diri tanpa perlu berlebihan mengintervensi. Memaksa intervensi justru akan melukai dirimu sendiri dan membuat pasangan jadi tertekan dan tidak bahagia dalam menjalani percintaan.

Sungguh, cinta adalah salah satu elemen kehidupan yang memiliki banyak jebakan. Salah satunya adalah kedekatan. Kita sering berpikir bahwa kedekatan yang penuh dengan perhatian akan membuat cinta semakin dalam. Di beberapa situasi, itu memang benar adanya. Namun, di situasi yang lain, kita perlu memikirkan pendapat tersebut dengan lebih reflektif. Terlebih lagi bagi pasangan yang sudah lama menjalin hubungan. Kedekatan yang tak berjarak justru dapat menjadi blunder bagi kemapanan sebuah hubungan.

Ya, bahwa cinta yang lekat membutuhkan intensi yang dekat, namun bukan berarti tak berjarak sama sekali. Sebaliknya, kita memerlukan jarak untuk mencapai kedekatan yang natural. Sebabnya, jarak memberikan pandangan yang luas dan bebas. Dengan inilah sebenarnya kita memberikan cinta sebuah ruang untuk bergerak. Melepaskan, memberi jarak genggaman untuk mengikat kembali cinta. Menjadi jembatan bagi dua ego yang perlu diakui: berbeda.

"Kau tahu, hakikat cinta adalah melepaskan. Semakin sejati ia, semakin tulus kau melepaskannya. Percayalah, jika memang itu cinta sejati kau, tidak peduli aral melintang, ia akan kembali sendiri padamu. Banyak sekali pecinta di dunia ini yang melupakan kebijaksanaan sesederhana itu. Malah sebaliknya, berbual bilang cinta, namun dia menggenggamnya erat-erat."

-Tere Liye, novel 'Eliana'


"Terkadang, menjadi kuat bukanlah ditentukan dari seberapa hebat kita menggenggam, melainkan dari seberapa tabah kita melepaskan."

Ibarat burung merpati, kemanapun si jantan dilepaskan, ia akan kembali pulang jika ada sang betina. Begitupun pasangan, sejauh apapun dilepaskan, jika ada ketulusan, kesetiaan dan cinta pasti dia akan kembali pulang membawa berlipat kebahagiaan.


Sumber: google



5 komentar: