Review Coffe for Change Permata Hati "BERDAMAI DENGAN EMOSI"


BERDAMAI DENGAN EMOSI





Dalam kehidupan keseharian kita, tentu kita ingin sepanjang hari itu kita selalu senang dan bahagia aja, tapi ternyata dalam menjalani hari ada aja momen yang membuat kesal, marah, sedih, kecewa dan lain sebagainya. Dari emosi-emosi negatif yang hadir itu, kita tahu kalau semisal marah-marah itu tidak baik, tapi rasanya sulit sekali untuk tidak marah. Nah, karena hal tersebut, penting sekali bagi kita untuk belajar mengelola emosi ini, karena bila tidak, hal tersebut akan berpengaruh pada banyak hal, misal hubungan dengan pasangan bisa terganggu, anak-anak bisa kita sakiti bahkan jika tidak segera ditangani bisa berakibat pada sakit mental dan fisik juga. Jadi, mari kita simak rangkuman Talk Show Coffee for Change #2 “Berdamai dengan Emosi” Permata Hati bersama teh Michelle Ronida Karamoy berikut ini!

Emosi adalah Energi

Emosi-emosi dalam diri kita adalah bagian dari energi. Sebagaimana ketika kita belajar ilmu fisika dulu, energi itu tak akan hilang ia hanya berubah bentuk. Bayangkan ketika misal energi marah kita tekan dan abaikan terus-menerus maka suatu saat lambat laun akan menyerang dan menghantam ke dalam tubuh berupa menjadi sakit fisik ataupun mental. Oleh sebab itu, emosi itu tidak bisa kita hilangkan dan kendalikan begitu saja, namun yang bisa kendalikan adalah respon, apa yang akan kita lakukan saat emosi itu datang?

Menyadari Respon Kita Saat Emosi Hadir


Selama hidup, pernah tidak kita benar-benar memahami diri kita sendiri? Pernah tidak kita benar-benar kenal sama kebutuhan kita sendiri? Karena yang terjadi sebenarnya, saat luapan emosi hadir, itu bukanlah karena pemicu sebenarnya. Kita sebagai manusia sangat boleh marah, kecewa, senang, sedih, dst. Tapi yang perlu diperhatikan adalah responnya. Saat respon kita tepat, emosi-emosi tersebut bukanlah suatu masalah, justru memiliki fungsi yang baik. Namun, saat respon kita berlebihan dan terlalu reaktif itu berarti ada yang tidak baik-baik saja dalam diri kita. Jadi coba tanya dulu kenapa ya bisa begitu? Karena yang tahu sebenarnya adalah diri kita sendiri, dan emosi itu seperti sinyal yang memberi tahu kita untuk lebih sadar diri dan mengenal diri lebih dalam. Karena jangan-jangan itu akibat luka masa lalu.

Semua orang punya luka, semua orang punya masa lalu karena dengan masa lalu kita bisa berada di hari ini. Kita sudah melewati berbagai proses yang mungkin menyakitkan di masa lalu, dan kita tidak bisa membandingkan masalah yang kita hadapai dengan orang lain. Saat kita sudah mampu menyadari luka kita di masa lalu, selanjutnya jangan lakukan penolakan, karena awal mula semua emosi berlebihan itu muncul karena sedari awal kita telah terbiasa melakukan penolakan-penolakan. 

Tanyakan pada diri, kamu kenapa? Akui semua sisi-sisi lemah manusiawi kita, akui jika kita sakit hati, akui jika kita sedih, kecewa, dst. Lalu kemudian alirkan rasa dalam diri kita, melalui media apapun yang membuat kita nyaman, bisa dengan tangisan, ucapan, tulisan, melatih napas, dengan pelukan, dst. Syaratnya tidak melukai diri, tidak melukai orang lain, dan tidak merusak barang.

“ketika kita sudah mengakui sisi manusiawi kita, maka selanjutnya alirkan rasanya dengan menghadirkan Rabb kita, biarkan Allah nanti yang mengangkat perasaan sakit hati kita.” 
~ Michelle Ronida Karamoy

Reframing Pandangan Kita terhadap Luka Masa Lalu

Saat kita mampu menerima bahwa yang terjadi di masa lalu adalah yang terbaik buat kita, yang menjadikan kita kuat hari ini, yang menjadikan kita hebat hari ini, bahwa yang terjadi ini sudah atas izin Allah dan bagian dari takdir Allah, bahwa yang hari ini terjadi adalah cara Allah ingin membentuk kita, sehingga kita lama-lama akan menerima dan tidak akan lagi menyalahkan. Tidak lagi bertanya-tanya, kenapa harus aku? kenapa aku seperti ini? tapi justru menanyakan diri, mengambil hikmah, Apa yang mau Allah berikan dan sampaikan sehingga aku bisa menghadapi masalah itu? Lalu latih diri untuk terus berproses menjadi lebih baik ke depannya. 

Tips Agar Mudah Memaafkan

1. Lengkapi syukur

Setiap bangun tidur yang kita lakukan adalah bersyukur. Lihat orang-orang terkasih kita dan hadirkan Allah untuk memulai hari. Bisa juga dengan membuat jurnal syukur, mensyukuri hal-hal kecil ataupun besar yang ada dalam hidup kita.

2. Tenangkan jiwa

Bagaimana kita secara sadar (mindful) ketika luka masa lalu hadir, agar tidak melakukan sesuatu dengan refleks maka kita perlu membuat jeda. Tahan diri 3 detik. Latihannya adalah dengan sering melatih menyadari napas. Setiap hari minimal tiga kali sampai lima kali sampai tujuh kali putaran. Bisa dengan 748, 7 detik hirup, 4 detik tahan, 8 detik hembuskan. Atau seperti cara apapun senyamannya saja. 

3. Rasakan dan tebarkan Cinta

Merasakan dan menebarkan cinta bisa dengan rajin mendoakan kebaikan untuk orang lain. Siapa pun di mana pun. Utamanya keluarga terdekat kita. Karena dengan rajin mendoakan kebaikan untuk orang lain maka akan melembutkan hati, sehingga akan lebih mudah melakukan proses memaafkan. 

Selengkapnya bisa ditonton di:




Notulen: Noer Zein

Tidak ada komentar:

Posting Komentar