Mengolah Masalah Menjadi Hikmah


Oleh: Madjidah (Member Komunitas Permata Hati)











Tanya Jawab:

1. Pertanyaan (Mba Susan/Member Permata hati)
“Mba madjidah mengatakan dalam tulisannya bahwa yang membuat mba tersadar atas masalah yang mba hadapi adalah ketika membaca tulisan disosmed. Tulisan siapakah itu? Dan apa isi tulisannya mba?”

Jawaban
“iyya benar mba, memang yang paling saya ingat itu adalah ketika membaca tulisan seseorang, namun saya lupa persisnya tulisan siapa dulu yang saya baca dan tentang apa waktu itu. Kebiasaan buruk saya adalah pelupa. Intinya, gak sengaja ada yang membagikannya, saya baca komen-komennya, saya juga kepoin list pertemanannya. Saya telusuri wall teman-temannya, teman-teman beliau itu saya kepoin, ngasal aja milihnya mengikut kata hati.

Kalau tidak salah awalnya pak Gobind yah, yang menulis tentang penderitaan, bagaimana memeluk penderitaan kemudian tentang “kebencian”, apa yang terjadi jika terlalu lama membenci dan hal-hal yang berkaitan dengan itu,.

Lalu saya mencari-cari lagi didaftar pertemanan beliau, kemudian saya baca-baca siapa saja yang komen ke Beliau, yang paling sering komen saya klik saya telusuri, siapa tau nemu lagi yang bagus-bagus.. ketemu lah FB nya Mas Arif RH (termasuk juga lalu baca-baca tulisan mba Zakiyah istrinya). Lalu ada ibu Pratiwi, ada pak Sumijan Tangkas, Gus Banan, ada pak Sarman, sama ada lagi satu.. yah karena rajin mencari dilist pertemanan beliau-beliau itu, ketemu juga dengan yang namanya ibu Vivit Yun yang juga bagus-bagus tulisannya waktu itu saat beliau masih ada medsos.

Jadi, intinya berawal dari ketidaksengajaan membaca postingan-postingan beliau-beliau yang saya sebutkan diatas dan kemudian mencoba mencocok-cocokkan dengan apa yang saya alami dan menggabung-gabungkannya sendiri. Karena beberapa orang yang saya sebutkan diatas itu yang ditulis bisa saya terima dan saya merasa oh ini loh yang saya cari. Jadi begitu mba,. Itu kira-kira sekitar tahun 2016 apa 2017”

2. Pertanyaan (Mba Titik/Tim PH)
“Terimakasih atas materinya, pertanyaan saya pada proses ingin berubah dan menuju menjadi lebih baik, apakah mba Madjidah mengalami naik turun?. Jika Ya, bagaimana tips yang dilakukan mba supaya bisa teguh dan konsisten terhadap komitmen perubahan ke arah lebih baik ini?”

Jawaban
“Terimakasih mba Titik atas pertanyaannya,. Wah kalau masalah naik turun itu jelas ada mba. Kadang-kadang kalau pas lagi turun, semua nasihat baik jadi seperti hilang semua. Semua tulisan-tulisan bijak yang sudah pernah saya baca, berasa “preet” semuanya.

Tapi, kalau saya pikir-pikir sebenarnya, ketika saya bertekad berubah dan mulai benar-benar menyadari kesalahan saya, pada saat itu pula sebenarnya hidup saya jadi lebih baik. Hanya saya saja yang kurang sabar menikmati prosesnya.

Maksudnya nih, saya pengennya buru-buru saja berubah ke angka 10, padahal tanpa saya sadari, saya itu udah naik perlahan-lahan kok. Yang awalnya ada dititik 0 bahkan mungkin minus, tapi karena saya kurang sabar saja dengan prosesnya saya kadang jadi capek sendiri, jadi malas dan kemudian jadi kendor lagi semangatnya.

Yah tipsnya sih, biasanya saya merenungi kembali perjalanan hidup saya sudah sejauh ini, sudah bagus kok. Ada peningkatan meski slow. Jadi, perlu latihan sabar saja. Kira-kira begitu mba, semoga bisa diterima jawaban saya, maaf jika tidak berkenan

3. Pertanyaan (Mba Areni/Member PH)
“Terimakasih untuk materinya, saya yakin untuk sampai dititik balik mba Madjidah itu tidak mudah. Apa- apa saja yang mba lakukan ketika mba merasa keluar jalur lagi? Terimakasih”

Jawaban

“Hi mba Areni, ini mirip-mirip sama pertanyaan mba Titik. Jadi kurang lebih sama deh uraian jawabannya dengan pertanyaan mba Titik. Mudah-mudahan berkenan”

4. Pertanyaan (Mba Yulia Sari/ Member PH)
“Apa ujian atau cobaan hidup yang paling terberat yang mba Madjidah alami, dan waktu ada ujian itu bagaimana solusinya? Bagaimana caranya melembutkan ego maupun keras kepala orang lain?”

Jawaban 

“Terimakasih mba Yulia, kalau yang ini sih ujian terberat saya adalah apa yah,,,. (Ketauan saking banyaknya masalah yah).

Begini mba,. Kalau ditanyakan ke “saya”, dalam artian saya madjidah yang sekarang ini saya akan menjawab kayaknya semua ujian itu mungkin tidak ada yang berat, mungkin loh yah.

Hanya saja waktu itu karena posisi saya adalah Madjidah yang kurang ilmu, kurang pemahamannya, kurang kesadarannya, jadi merasanya ujian itu berat banget, sampai rasanya sudah jatuh tertimpa tangga, lalu terkubur dalam tanah.. mengenaskan gitu loh mba.

Rasanya,.. Dulu, ujian itu tidak pernah dapat solusi. Karena mengeluh dan mengeluh, menyalahkan sana sini, ya udah dijalani sambil marah-marah saja. Yah tapi akhirnya, seperti yang sudah saya bilang diawal atau dimateri yah, saya menemukan tulisan-tulisan yang relate banget, lalu saya renungi, saya mulai menyadari bahwa memang manusia yah sampai kapanpun akan mendapatkan jatah masalah/ujian untuk naik ke level berikutnya. Intinya KUDU SADAR SESADAR-SADARNYA. Dan, untuk pertanyaan kedua, gimana yah caranya. Susah juga menjelaskan tentang caranya, karena semua itu mengalir tanpa disadari.

Mungkin kembali perlunya SADAR DIRI. Sadar akan kesalahan diri, sadar akibatnya jika kita hanya melulu menjadi orang yang egois, sadar kalau begini terus hidup ini yah apa enaknyam sadar kalau kita tidak merubah diri, terus berapa lama lagi kita hidup gak karu-karuan kayak begini.
Dan, yah banyak lagi yang perlu disadari. Ketika sudah sadar sesadar-sadarnya, biasanya langsung deh mulai bisa mengendalikan, bisa lebih memaklumi keadaan. Yah tapi ingat NIKMATI PROSESNYA”

5. Pertanyaan (Mba Neneng Hasan/Member PH)
“Apa yang mba Madjidah rasakan saat menyadari kekurangan diri? Sedih dan kecewakah terhadap diri sendiri atau malah bersyukur?”

Jawaban

“Terimakasih mba Neng Hasan. Saat saya menyadari akan kekurangan diri, yah awalnya merasa kecil, minder dan malas lah mau ngapa-ngapain. Mikir gitu,. Apa yah yang bisa aku lakukan untuk menutupi kekurangan diri, tapi yah lama-lama capek juga harus terlihat tampak sempurna didepan orang.

Akhirnya yah sudah, menerima semua pemberian Tuhan dan menyadari ini jatah saya. Kalau masalah fisik yah udah mau gimana lagi, jatahnya sudah begini. Tetapi kalau kekurangan diri yang berkaitan dengan kemampuan diri, yah sebisa mungkin update ilmu, kalau udah mentok gak bisa yah udah iso ku iki (seperti kata mba Zakiyah di youtubenya)”

6. Pertanyaan (Mba Fatimah/Umum)
“Salam kenal mba, bagaimana caranya melembutkan hati versi mba Madjidah, apa sama dengan melembutkan egi yang di slide terakhir”

Jawaban 
“Salam kenal mba Fatimah, hampir sama dengan jawaban yang tadi. Gimana yah caranya, susah juga menjelaskan tentang caranya, karena semua itu mengalir tanpa disadari. Mungkin kembali yah perlu nya SADAR DIRI.

Sadar akan kesalahan diri, sadar akibatnya jika kita hanya melulu menjadi orang yang egois, sadar kalau kita tidak merubah diri trus berapa lama lagi kita hidup gak karu-karuan kayak gini. Dan, banyak lagi yang perlu disadari.

Ketika sudah sadar sesadar-sadarnya, biasanya langsung deh mulai bisa mengendalikan, bisa lebih memaklumi keadaan. Yah tapi ingat NIKMATI PROSESNYA

Dan, bagi saya melembutkan hati dengan melembutkan ego sama saja sih mba (Maaf kalau kurang tepat).”

Notulen: A. Rezky Nila

Tidak ada komentar:

Posting Komentar